Copyright © My Inspiration
Design by Dzignine
Thursday, March 20, 2014

Tak Ada Laboratorium Bahasa, Aula Pun Jadi

Ini adalah sebuah petikan pengalaman mengajarku ketika mengikuti program SM-3T di kabupaten Aceh Besar tahun 2011 - 2012 lalu. Kami, para SM-3Ters, diminta untuk menuliskan salah satu pengalaman kami di daerah penempatan sebagai bahan dokumentasi. Berikut ini adalah kisahku.

“Anak – anak, untuk pelajaran bahasa Inggris hari ini kita laksanakan di aula. Jadi sekarang mari kita pindah ke sana,” kataku pagi itu kepada siswa kelas XI IS 1 SMA Negeri 1 Lhoong. “Tapi di aula kan tidak ada papan tulis, bu,” ujar seorang siswa tampak keberatan mengenai kepindahan kelas mereka. “Ada kok,” jawabku. “Kita mau belajar apa, bu?” Tanya siswa lain yang tampak tertarik. “Hari ini kita akan mendengarkan lagu,” jawabku lagi sambil membuka pintu ruang aula.

SMA Negeri 1 Lhoong, sekolah tempatku melaksanakan tugas sebagai guru program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) terletak di kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Sekolah yang semula hancur akibat terjangan Tsunami di tahun 2004 silam dan telah dibangun kembali ini, memiliki sembilan lokal yang terdiri dari tiga kelas untuk kelas sepuluh, tiga kelas untuk kelas sebelas, dan tiga kelas untuk kelas dua belas. Aku, yang memang berlatar belakang pendidikan bahasa Inggris, mendapat tugas menggantikan guru bahasa Inggris di sekolah tersebut yang sedang mengambil cuti untuk melahirkan. Akan tetapi, tidak lantas semua beban mengajar mata pelajaran bahasa Inggris jatuh kepadaku. Ada seorang guru bahasa Inggris lain di sekolah tersebut. Oleh Waka Kurikulum di sekolah kami, beban mengajar kemudian dibagi menjadi dua. Lima kelas diampu oleh guru mata pelajaran bahasa Inggris asli sekolah tersebut, sementara empat kelas yang lain menjadi bagianku untuk diampu termasuk salah satunya kelas XI IS 1.

Kegiatan pembelajaran pada hari itu adalah mendengarkan lagu berbahasa Inggris. Seharusnya kegiatan tersebut dilaksanakan di sebuah laboratorium bahasa. Akan tetapi, fasilitas tersebut tidak dimiliki oleh sekolah kami. Sehingga ruang aula dipilih untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Letak ruang aula yang terpisah dari ruang – ruang kelas lain memungkinkan kami mendengarkan lagu tanpa harus memngganggu kegiatan pembelajaran di kelas yang lain.

Semua peralatan yang kuperlukan sudah kutata di ruang aula tersebut. Speaker untuk laptop, laptop yang sudah berada dalam posisi standby, fotokopi lembar kerja siswa, dan lain - lain. Papan tulis yang semula tak digunakan sudah diposisikan di depan beberapa kursi. Siswa segera mengisi kursi – kursi tersebut dan aku mulai membagikan lembar kerja siswa. Setelah lembar kerja selesai dibagikan, aku segera membuka pelajaran dan menjelaskan maksud kegiatan pembelajaran hari itu.

Dalam kegiatan pembelajaran hari itu aku meminta siswa untuk mendengarkan sebuah lagu berbahasa Inggris yang telah kupilih. Sembari mendengarkan, siswa membaca lirik lagu yang ada pada lembar kerja yang mereka miliki. Tugas yang harus mereka selesaikan adalah melengkapi bagian – bagian rumpang dari lagu tersebut dengan kosakata yang sesuai. Tentu tidak mudah bagi mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut sebab kosakata – kosakata bahasa Inggris masih asing untuk mereka. Ketika lagu mulai mengalun, ada suatu ketertarikan terpancar dari ekspresi mereka. Lagu yang dipilih berhasil menarik minat mereka. Mereka mulai berkonsentrasi membaca lirik dan berusaha menangkap kosakata – kosakata yang hilang. Hanya beberapa kosakata yang berhasil mereka temukan ketika kami mencocokkan jawaban bersama – sama. Tak apa. Sebuah ketertarikan baru muncul di sana. Mereka ingin tahu mengenai lagu tersebut. Sambil mencocokkan jawaban, mereka belajar kosakata – kosakata baru yang mungkin belum pernah mereka dengar sebelumnya. Sedikit demi sedikit, terkuaklah makna yang terdapat dalam lagu tersebut. Keengganan mereka untuk mempelajari bahasa Inggris yang selama ini mereka anggap sulit, hari itu terpatahkan. Setelah selesai pembahasan, kami mendengarkan lagu itu sekali lagi. Beberapa siswa mencoba melafalkan lagu tersebut sambil membaca lirik yang telah mereka lengkapi. Dari sini mereka belajar melafalkan kosakata baru dalam bahasa Inggris.

Pelajaran hari itu ditutup permintaan siswa agar kami melakukannya lagi di kesempatan mendatang. “Iya,” kataku. “Tapi bukan tepat di pelajaran mendatang ya.” “Kenapa, bu?” tanya siswa. “Karena kita punya materi lain untuk dipelajari.”

Me and XI IS 1 students

2 comments:

  1. lab bahasa hanyalah seperangkat hardware saja
    namun aula bisa mencakup brainware nya :D

    ReplyDelete
  2. yup! tetep thanks Allah SWT karena masih banyak sekolah lain yg fasilitasnya jauh lebih terbatas daripada ini

    ReplyDelete